Rabu, 15 Desember 2010

Perjalanan jiwa.


Sewaktu saya terbangun dari semuanya yang ada di hadapan saya…saya hanya ingin membuat semua orang di sekitarku bahagia, saya tak ingin sendirian. Saya ingin menjalani hari-hari dengan penuh semangat dan percaya diri. Menjalin tali temali yang panjangnya ratusan ribu meter untuk membuat sebuah perjalanan jiwa yang penuh tantangan dan ekspektasi yang tak pernah saya duga sebelumnya. Ketika semua pertanyaan di dalam hidup terus berputar. Apa yang ingin kau lakukan untuk hidupmu?

Menyiasati semuanya dengan waktu yang ada.

Ada yang hanya ingin santai-santai saja menghadapi hidup. Seakan tak ada target yang harus dicapai. Ya hanya menunggu takdir yang ada. Tak ingin mencari dan hanya terduduk diam membatu di atas anyaman kursi bambu yang nyaman.

Ada pula yang mulai mencari-cari dengan sederhana dan dengan perlahan-lahan. Mencari satu persatu pecahan dirinya yang tercerai berai. Entah mungkin ada di bagian belahan dunia yang mana, hanya sanggup mencarinya satu persatu tetapi pasti…Dia menemukan bagian dirinya secara perlahan tapi pasti. Tak bisa dibayangkan sebelumnya. Menyenangkan. Penuh sensasi dalam pencariannya. Luar biasa tak terhingga rasanya.

Sementara yang lainnya hanya perlahan mencarinya, ada seseorang yang dengan focus melesatkan anak panahnya untuk memberikan makna bagi dirinya dan anak-anak panahnya yang ia lesatkan dengan cepat. Dengan usaha yang tak pernah sia-sia, meski kadang saat melepaskan anak panahnya, ia bukanlah busur yang sempurna. Tapi dengan sekuat raga dan jiwa, ia memberikan segalanya. Agar menjadi sebuah titian tempat mendarat yang setidaknya mengenai inti dalam sasaran.

Ketika sebuah perjalanan seorang manusia yang tak keseluruhan dapat diterka, Kita hanya manusia biasa yang dilahirkan ke dunia untuk mengemban misi rahasia. Rahasia alam yang membuat semuanya seakan terpikat, kadang hanya mementingkan duniawi semata tanpa pencarian bathiniah. Semua unsur kadang ada di dalamnya. Tak semuanya yang kukatakan itu benar adanya. Mungkin hanya sepenggal kata-kata bias yang menemani di kala sore menjelang. Jangan dimasukkan ke dalam hati, tapi cobalah kita merefleksikan semua yang sudah pernah kita lakukan. Baik di masa lalu, masa sekarang dan di saat masa depan menjelang. Semua pasti sudah digariskan, dan sebisanya kita berusaha dengan sekuat tenaga. Terus berjuang dan pantang menyerah. 

Seperti yang telah dikatakan nenekku ketika Ibuku masih muda dulu: “ Capailah mimpi sekuat tenaga, niscaya kamu akan mendapatkan impian itu”.


Renungan bias di kala sore menjelang.
16 agustus 2010.

Rabu, 08 Desember 2010

sore yang kelabu.

Di sore ini,saya bersedih Tuhan. Karena saya telah melakukan suatu kesalahan. Kata-kata yang terkadang apabila tidak bisa dikendalikan,akan berakibat sangat fatal bagi manusia yang ingin mengatakan sesuatu hal dengan emosi dan amarah dengan manusia lain untuk mengkomunikasikan sesuatu. Saya bukanlah malaikat yang berwujud keindahan. Saya hanyalah seorang idealita. Idealita yang selalu berpikir positif. Idealita yang pantang menyerah. Idealita yang menghargai kehidupan dan segala macam bagian yang menjadi bagian bumi. Idealita yang terkadang masih belum mampu mengendalikan emosi dengan kata-katanya. Dan Idealita yang penyayang serta penyabar.
Satu definisi yang akan saya tuangkan ke dalam tulisan baru saya adalah.....tentang Idealita yang terkadang masih belum mampu untuk mengendalikan emosi dan kata-katanya. Idealita yang saya kenal sekarang itu, adalah manusia yang tak sempurna. Ia memiliki kesalahan yang terkadang harus dia pikirkan segala macam reaksi aktif yang akan ia dapatkan karena sikap tersebut. Dan ia, terbalut dengan emosi yang merana, ingin berteriak ataupun ingin menenggelamkan diri di aair yang penuh dengan lumpur. Saya hanyalah manusia biasa, yang kadang tak luput dari semua dosa. Saya terkadang juga dapat melukai manusia lain dengan perbuatan saya. Saya mengakui bahwa saya salah di sore kelabu ini. Saya memang bersalah. Dengan segenap hati yang terdalam, ingin kutiupkan permohonan maaf padamu wahai sahabat jiwa. Maafkanlah saya, Tuhan. Berikanlah saya waktu untuk terus belajar agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Saya tidak ingin mengulangi kesalahan itu lagi. Di sore kelabu ini, dengan hujan dan dingin yang menjadi saksi. Saya akan berubah. Saya akan memperbaiki kesalahan saya.

Rindukelabu#1#