Sabtu, 08 Mei 2010

Atap Langit bernama Hujan.

Tadi sore, aku mencium aroma tanah basah yang tersiram hujan. Ah harum sekali aromanya. Seperti wanginya rotinya yang terpanggang. Ingin sekali aku bermain hujan ditemani bayangan berwarna-warni. Aku melihat hujan turun ke bumi lama sekali, sambil kusesaki aromanya menyentuh bulu-bulu hidungku yang sensitif. Menakjubkan.
Selepas hujan berhenti, aku terdiam dan berbicara sendiri dalam hati. "Kenapa kamu berhenti hujan?". Aku masih ingin melihatmu menemani soreku yang dingin ini. Teringatku pada suatu ketika, saat ku masih muda dulu.
Aku suka bermandikan hujan di bawah atap langit. Dan dengan riang gembira aku tertawa sambil membuka mulutku selebar-lebarnya, agar aku dapat merasakan air hujan yang turun dari langit. Hmmm...rasanya hambar.
Tapi tak mengapa, rasa penasaranku akan rasa air hujan sudah kudapatkan. Tak perlu mencari lagi, setidaknya aku pernah mencobanya.
Lalu aku mendengar suara Ayah memanggilku, agar segera masuk ke dalam rumah. Ah, aku sedih, Biarkan aku tetap bermandi hujan dengan tanganku yang masih menggenggam bunga sepatu berwarna merah, Aku ingin menari sambil berputar dan berputar, hingga aku terjatuh dengan bahagia bersama hujan.
Ayolah ayah, biarkan aku sebentar saja bermandikan cahaya hujan......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar