Kamis, 06 Mei 2010

Gradasi Cinta Abu-abu

Temaram aku terdiam di antara ribuan jarak yang memisahkan.
Rusak karena terbengkalai lalu membiarkannya membusuk secara perlahan.
Rasanya diri ini hancur dan tak berbentuk.
Hanya memuai berubah menjadi abu-abu.

Rela dan tak rela...
Benci dan keras kepala...

Sisi ruang jiwa yang kosong karena terbuai musim gugur berwarna kekuningan
Dan meruntuhkan segala amarah yang ada.
Hanya ada aku dan jarak. Bayangan birumu tak pernah muncul kembali....
Yang ada hanya warna abu-abu. Dan hanya itu!

Menggeliat ku di tepian surau,
Membuka mata batin pada seruni alam yang berbisik sore itu...
Meski dipenuhi kabut tipis yang tak bisa menghilang.
Dia berkata dengan lirih: "masuklah ke dalam pikiran kecilmu, niscaya kamu akan yakin apa yang akan kamu dapatkan".

Kembali merenung dan berpikir keras....
Kemanakah kaki ini akan melangkah?
Mulai menjauh??? Atau semakin mendekat????

Jakarta, 17.15, 6 Mei 2010
-Idea-

4 komentar:

  1. Ya....sepertinya mendekat...sepertinya menjauh...karena memang belum siap untuk melihat ada apa setelah ini.....biarkan waktu menjawab...kemudian membunuh kita dengan senja

    BalasHapus
  2. semoga tak selamanya tanpa ketidakpastian...Jikalau memang ini yang terbaik, dekatkankanlah Tuhan.Semua pasti ada jalan. Aku tak ingin terbunuh oleh senja. Kuingin menatap hari dengan mentari pagi yang indah bersamamu.

    BalasHapus
  3. Tuhan itu ada dalam diri kita......dia seperti nafas....dia seperti detak jantung......dan kepastian itu tidak datang dengan sendirinya...karena kepastian itu dibuat....buatlah kepastian....

    BalasHapus
  4. Aku telah membuat kepastian yang jelas untukmu...di jalan yang tepat dan di waktu yang tepat.

    BalasHapus